Tuesday, July 20, 2010

On Knowledge

From link I found in Facebook....

Ketahuilah, salah seorang murid Al Ghazali yang telah menyertai gurunya selama bertahun-tahun bertanya-tanya kepada dirinya. Ia berguru, menemani dan melayani gurunya dalam waktu yang cukup lama. Berbagai ilmu dan pengalaman spiritual telah diperolehnya, tetapi ia masih merasa ragu terhadap dirinya. Ia berkata kepada dirinya, "Saya telah membaca berbagai macam ilmu. Usiaku habis untuk belajar dan mengumpulkan bermacam-macam ilmu. Hingga sekarang saya tidak mengetahui ilmu yang mana yang bermanfaat bagiku dan menemaniku kelak di alam kubur. Saya juga tidak tahu ilmu mana yang tidak bermanfaat bagiku sehingga saya harus meninggalkannya. Padahal Rasulullah saw. telah berdoa: "Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung denganMu dari ilmu yang tidak bermanfaat."

Ia terus berfikir dan berfikir sampai akhirnya memutuskan untuk menulis surat kepada gurunya, Al Ghazali. Ia mengadukan kepadanya kegelisahan hatinya dan meminta nasihat. Ia memang mengaku sudah banyak memperoleh pelajaran dari gurunya, tetapi yang dicari belum ditemukan. Salah satu ucapan yang disampaikan kepada gurunya adalah sebagai berikut: "Beberapa buku karangan Syeikh, seperti Kitab Ihya’ dan kitab-kitab yang lain memang sudah menjawab masalah saya. Akan tetapi, maksud saya di sini adalah agar Syeikh menuliskan untuk saya nasihat yang tertulis hanya dalam beberapa lembar kertas. yang saya boleh membawanya sepanjang hidup saya dan mengamalkannya."
Kemudian Al Ghazali menulis jawapan. Surat itu kepada muridnya sebagaimana berikut.



Ilmu adalah Untuk Diamalkan
Ketahuilah, wahai anakku yang mulia dan sahabat yang ikhlas, - semoga Allah mengekalkan ketaatanmu kepadaNya dan melangkahkan kakimu dijalan para kekasihNya-, Sesungguhnya tebaran nasihat ditulis dari sumber risalah Rasulullah saw. Jika nasihat dari beliau telah sampai kepadamu, maka nasihat apa lagi yang kamu perlukan dariku. Jika belum sampai, maka katakan kepadaku apa yang telah kamu peroleh selama bertahun-tahun ini dari ilmu yang telah kau raih? Sementara pada saat yang sama engkau habiskan waktumu mencari ilmu itu.

Wahai Anakku di antara nasihat Rasulullah saw. yang sangat berharga adalah sabda beliau ini:
"Tanda-tanda Allah berpaling dari hambaNya adalah kesibukan hamba itu dengan sesuatu yang tidak berarti. Jika seseorang sesaat saja dari usianya hilang untuk sesuatu yang tidak berguna bagi tujuan penciptaannya, maka patut baginya mendapatkan kerugian yang panjang: dan barangsiapa telah melewati 40 tahun dan kebaikannya tidak mengalahkan keburukannya, maka bersiap-siaplah ke neraka."

Nasihat ini sudah cukup bagi orang yang benar-benar ahli ilmu. Wahai Anakku, urusan nasihat sangat mudah, yang sulit adalah menerima nasihat. Karena menerima nasihat bagi hawa nafsu terasa pahit, sementara larangan-larangan itulah yang disukai oleh sebagian besar manusia, khususnya bagi orang yang hanya sibuk mencari ilmu, dimana ilmunya tersebut digunakan hanya untuk memperoleh keagungan dan kemulian dunia. Dengan upayanya mencari ilmu itu - dia hanya bertujuan untuk mendapatkan ilmu semata - bukan untuk diamalkan - agar ilmu tersebut dinisbatkan kepadanya.

Dengan demikian orang akan berkata "Si Fulan seorang yang berilmu (sarjana, master, doktor dll -pentj) dan mulia". Orang yang terakhir ini hidupnya hanya sibuk mengurusi nafsu dan memasuki lorong-lorong kehidupan dunia. Ia mengira bahwa dengan mendapatkan ilmu semata, kehidupannya akan selamat dan terlepas dari kesengsaraan. Ia tidak perlu amal. Ini adalah keyakinan para ahli falsafah. Mahasuci Allah. Ia tidak mengetahui ketentuan ini ketika sudah mendapatkan ilmu dan tidak mengamalkannya, ia justeru berhujjah dengan sekian banyak dalil yang memperkuat kesimpulannya bahwa ilmu untuk ilmu, bukan untuk amal. Rasulullah saw. bersabda: "Manusia yang mendapatkan azab paling berat di akhirat adalah orang yang berilmu yang Allah tidak memberikan kemanfaatan atas ilmunya."

Imam Ahmad dan al-Bayhaqi meriwayatkan dari Mansur Ibn Zadan yang berkata, "Telah sampai kabar kepada kami, bahwa apabila orang berilmu tidak memperoleh manfaat dari ilmunya itu, para penghuni Neraka berteriak karena mencium baunya yang busuk. Mereka—para penghuni neraka itu— berkata kepadanya, "Apa yang telah kamu perbuat, wahai orang jelek? Kamu telah mengganggu kami dengan baumu yang busuk. Apakah tidak cukup bagimu rasa sakit dan keburukan kami?" Orang yang berilmu itu menjawab, "Dulu, aku ini orang berilmu, tetapi aku tidak memperoleh manfaat dari ilmuku."

Diriwayatkan bahwa Al Junaidi setelah wafat memperlihatkan dirinya dalam tidurku, lalu ditanyakan kepadanya, "Apa kabar. hai Abu Al Qasim (panggilan Al Junaidi)?" Ia menjawab, "Semua ungkapan (ilmu) telah rusak dan isyarat-isyarat (ilmu yang lebih dalam) juga musnah. Tidak ada yang memberi kami manfaat kecuali rakaat-rakaat yang kami rukuk di tengah malam."



Wahai Anakku, Janganlah kamu menjadi orang yang rugi disebabkan amalmu, dan jangan pula batinmu dalam keadaan kosong dari dzikir pada Allah. Yakinlah bahwa ilmu semata tidak mungkin bisa diandalkan.
Contohnya, seandainya seorang laki-laki gagah di tengah gurun sendirian memiliki sepuluh pedang India yang sangat ampuh dan beberapa pusaka lainnya. Laki-laki itu dikenal pemberani dan pahlawan perang.

Kemudian seekor singa yang sangat besar menghampirinya dan sedia menerkamnya. Apa pendapatmu, apakah senjata-senjata yang hebat itu mampu mencegah lelaki itu dari terkaman singa jika ia tidak menggunakan dan menghayunkannya kepada singa? Sudah pasti senjata-senjata itu tidak mampu melindunginya kecuali dengan digerak-gerakkan.

Demikian juga jika seseorang telah membaca 100.000 masalah ilmiah dan berhasil menguasainya. tetapi tidak mengamalkannya, maka ilmu-ilmu itu tidak akan memberinya manfaat kecuali dengan mengamalkannva.
Contoh lain. jika seseorang sakit kuning, dan ia mengetahui bahwa kesembuhannya hanya dengan ramuan ubat tertentu yang telah dikuasainya, maka ia tidak mungkin sembuh kecuali dengan meminum ubat itu.

Seandainya kamu telah belajar puluhan tahun, membaca banyak buku dan menguasai berbagai macam ilmu, lalu kamu menyimpan kitah-kitab sebagai bahan koleksi peribadi, maka semua itu tidak akan menolong dan menjadikanmu mendapatkan manfaat kecuali dengan mengamalkannya.

Allah swt. berfirman:

"Dan bahwa manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (QS. Al Najm: 39).
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya. maka hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh." (QS. Al Kahfi: 110).

"Sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan." (Qs. Al Taubah: 82).

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh. bagi mereka adalah syurga Firdaus menjadi tempat tinggal. Mereka kekal di dalamnya. mereka tidak ingin berpindah darinya." (QS. Al Kahfi: 107-108).

"Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal soleh." (Qs. Al Furqan: 70).

Apa pula pendapatmu tentang hadis berikut ini:

"Islam dibangun di atas lima [dasar]: bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat., mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah bagi yang mampu."

Iman adalah diucapkan dengan lidah, dibenarkan dengan hati dan dilakukan dengan anggota tubuh. Dalil yang menunjukkan keharusan beramal lebih banyak daripada orang yang menghitung-hitung bahawa seseorang boleh sampai ke syurga berkat keutamaan dan kemuliaan Allah. Akan tetapi, hal ini hanya mungkin tercapai setelah orang itu melakukan ketaatan dan beribadah kepadaNya, kerana rahmat dan keutamaan Allah hanya untuk orang-orang yang mendekati kebaikan. Yakni golongan orang baik.

Seandainya dikatakan pula hahwa syurga boleh dicapai dengan iman semata, maka kami jawab, "Benar, tetapi sampai bila?" Berapa banyak rintangan yang menuju syurga yang harus dipangkas jika benar-benar ingin sampai. Tentangan pertama adalah tentangan iman. Apakah iman yang dimilikinya berhasil dipertahankan dan tidak tercabut dari hatinya, atau sebaliknya? Jika imannya selamat, apakah ia tidak termasuk orang yang khianat atau rugi? Hasan Basri berkata. "Allah pada hari kiamat akan berkata kepada hamba-hambaNya, "Masuklah, hai hamha-hambaKu ke surga sebab rahmatKu dan berbahagialah kamu dengan amalmu."

Wahai Anakku, selama kamu tidak beramal, maka kamu tidak mendapatkan upah (pahala).
Dikisahkan hahwa seorang lelaki Bani Israil telah menyembah Allah selama 70 tahun. Allah swt. ingin memperlihatkannya kepada para malaikat, Maka diutuslah satu malaikat untuk memberikan khabar kepadanya bahwa ibadah yang selama ini dilakukannya belum menjadikannya layak masuk syurga. Ketika khabar itu diterimanya, ia menjawabnya demikian. "Kami memang diciptakan untuk ibadah. Karena itu, kami harus menyembahNya." Ketika malaikat itu kembali dan menghadap Allah, ia mengadu, "Tuhanku, Engkau lebih tahu atas apa yang ia katakan." Allah pun menjawab, "Jika ia tidak berpaling dari beribadah kepada Kami, maka Kami bersama kemuliaan Kami tidak berpaling darinya. Saksikanlah, hai malaikat-malaikatKu, sesungguhnya Aku telah mengampuninya."

Rasulullah saw. bersabda:
"Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisab dan timbanglah amal kamu sebelum [amal] kamu ditimbang."

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Barangsiapa mengira bahawa dengan tanpa amal boleh sampai [kesyurga], maka ia seorang yang berangan-angan (pengkhayal). Barangsiapa mengira bahwa ia boleh sampai [ke syurga] hanya kerana amalnya, bererti ia adalah orang yang tidak perlukan [rahmat Allah]."

Al Hasan berkata, "Mencari syurga dengan tanpa amal adalah satu di antara dosa-dosa [besar]." la juga berkata, "Tanda kebenaran yang hakiki adalah meninggalkan perbuatan yang memperhatikan amal dan bukan meninggalkan amal."

Rasulullah saw. bersabda: "Orang yang cerdik adalah orang yang jiwanya dekat (pendek) dan beramal untuk sesuatu sesudah mati. Orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsu dan mengangan-angankan Allah dengan angan-angan kosong." Wallahualam bissawab

No comments:

Post a Comment